Kerusakan lingkungan hidup di kabupaten Donggala sudah manifest dalam berbagai bencana alam yang terjadi di berbagai tempat, baik banjir, tanah lonsor maupun tsunami. Masalah pengelolaan sumber daya alam yang abaiterhadap kelestarian lingkungan dan lebih mengutamakan kepentingan pemodal dan PAD merupakan pemicu utama terjadinya kerusakan linkungan hidup. Masifnya eskploitasi lingkungan hidup dan sumber daya alam oleh berbagai aktifitas industri di Donggala telah menyebapkan semakin menurunnya daya dukung lingkungan dan memarjinalkan akses masyarakat local terhadap sumber daya alam.
Hal ini terlihat dari banyaknya konflik pengelolaan sumberdaya alam yang memperhadapkan kepentingan masyarakat dengan kepentingan modal dan investasi yang belum terselesaikan dikarenakan pemerintah daerah lebih mengutamakan kepentingan pemodal daripada rakyat kecilnya, sebagai contoh konflik petani di Rio pakava dengan perkebunan besar kelapa sawit, konflik masyarakat dengan perusahaan galian C di sepanjang teluk palu, konflik nelayan kecil dengan pemodal besar, masyarakt dengan perusahaan hutan, dan masih banyak kasus lainya.
Jika pola-pola seperti saat ini tetap dilanjutkan, maka tidak mustahil Donggala akan masuk pada bencana ekologis dan bencana social. Bencana ekologi terjadi akibat akumulasi kerusakan dan kerentanan lingkungan yang terus terdesak akibat dari aktifitas eksplotasi sumberdaya alam secara berlebihan, sementara bencana social adalah bencana yang terjadi karena terbatasnya daya dukung dan sumber daya alam namun diperebutkan oleh semakin banyak pihak dan terutama pemodal besar yang pada akhirnya akan memarjinalkan dan memiskinkan masyarakat local.
Padahal dengan potensi sumberdaya Alam (SDA) yang ada, Pemerintah perlu mengedepankan pembangunan sumberdaya manusia dari pada pembangunan industry yang eksktraktif, sebab industri eksra aktif tidak memiliki kontribusinya yang signifikan terhadap pendapatan daerah justru masalah yang dapat ditimbulkannya lebih besar terutama terhadap lingkungan hidup.
Pemda juga dapat melakukan konservasi dan pengembangan lahan produktif masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan praktek pertanian yang berkelanjutan, melakukan pengelolaan sumber daya alam secara adil dan berkelanjutan dengan pendekatan penyelesaian konflik perebutan sumber daya, tanpa harus mengorbankan lingkungan hidup dan berupaya mendorong sumber pendapatan asli daerah yang berbasis kerakyatan dan berwawasan lingkungan.
Hal-hal tersebut diatas tentu harus dilakukan lewat kebijakan pemimpin politik di Donggala kedepan yang kan dipilih oleh rakyat Donggala secara langsung untuk pertama kali.
Berangkat dari hal tersebut Yayasan Bone Bula sebagai salah satu Ornop di Donggala yang konsern pada lingkungan hidup dan pengelolaan suber daya alam yang adil dan berekelanjutan menekankan pentingnya pemimpin donggala yang memiliki visi dan misi serta keberpihakan yang kuat terhadap lingkungan hidup dan orang miskin dengan program-program yang konkrit dan substansial untuk mengatasi persoalan terkait lingkungan dan penanggulangan kemiskinan
Yayaysan Bone Bula Donggala
Iwan Suleman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar