Dari balik dinding papan tua yang dikombinasi dengan pelepah pohon sagu, terdengar suara anak-anak menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Nadanya bersemangat, seolah tak hirau dengan kondisi bangunan yang disebut sekolah, yang tak beda jauh dengan kandang kambing. Beratap rumbia dengan kondisi dinding tembus pandang dan lantai semen yang mulai retak.
Sekolah kelas jauh SDN Salubomba Kecamatan Banawa Tengah yang berada di dusun III Wandu itu, hanyalah sebagian dari banyak sekolah di Kabupaten Donggala yang mengharapkan bantuan rehab berat atau diperbaiki. Walaupun statusnya hanya kelas jauh, namun sekolah yang hanya berjarak sekira 15 kilometer dari ibukota Kabupaten Donggala itu, sudah layak diberi bantuan bangunan baru karena jumlah muridnya telah mencapai 50 orang. Apalagi berada cukup jauh dari sekolah induknya, yakni aekira satu kilometer lebih dengan melewati jalan tanah diantara kebun kelapa, kakao dan sagu.
Banyak sekolah yang kondisi fisiknya serupa atau bahkan lebih parah lagi. Hal ini dapat dibuktikan dari sejumlah hasil reses anggota DPRD Kabupaten (Dekab) Donggala, yang selalu tercantum keluhan masyarkat tentang kondisi sekolah yang ada di daerahnya. Mulai dari Kecamatan Rio Pakava yang baru saja dikunjungi legislator, Siti Aminah yang memperlihatkan kondisi SDN 1 Rio Mukti Desa Lalundu IV yang hampir tak layak digunakan sebagai sekolah. Demikian halnya di Kecamatan Pinembani. Selain bangunan fisiknya yang kurang, terutama masalah tenaga pengajar yang sering tidak berada di tempat. Jangankan mengharapkan guru agar bertahan di Pinembani, di Kecamatan Banawa Selatan yang kondisi geografisnya masih lebih mudah dijangkau, terdapat sekolah yang gurunya tak aktif mengajar karena tempat tinggalnya yang sangat jauh dari sekolah. Terutama di tiga desa, yaitu Ongulara, Lumbulama dan Malino.
Di Kecamatan Banawa Tengah pun demikian, selain kondisi kalas jauh termasuk induknya SDN Salubomba yang butuh sentuhan perbaikan gedung, juga beberapa sekolah lain bernasib serupa. Termasuk yang ada di Kecamatan Banawa sebagai ibukota Kabupaten Donggala. Apa lagi jika di wilayah pantai barat yang memiliki 11 kecamatan, dalam laporan reses dewan, hampir tak satu pun anggota dewan yang tidak membawa persoalan pendidikan, baik terkait fisik bangunan maupun non fisik. Menurut legislator Talha Aluman, SD di Desa Ombo Kecamatan Sirenja merupakan proyek tumpang tindih. Karena belum tuntas pembangunannya di 2009, dikerjakan lagi pada 2010 dengan kondisi yang hampir sama. Suara sumbang tentang pendidikan juga datang dari Kecamatan Sojol Utara, disampaikan legislator Kaharuddin Karding yang mempersoalkan tenaga pengajar yang tidak aktif menjalankan tugasnya.
“Pihak Disdik sudah tahu kondisi tenaga pengajar disana, tapi sayang belum ada perubahan,” ujar politisi PKB itu.
Di Kabupaten Donggala saat ini terdapat 587 unit sekolah yang terdiri dari PAUD dan TK/RA 149 unit, SD/MI 329 unit dan SMP/MTs 81 unit serta SMA/SMK/MA 28 unit. Jumlah ini relative masih kurang, terutama untuk jenjang PAUD dan TK/RA. Namun untuk SD/MI dan SMP/MTs serta SMA terbilang sudah memadai, hanya kondisi bangunannya saja banyak yang harus direhab.
Jika dilihat secara umum berdasarkan keadaan pendidikan di Kabupaten Donggala yang memiliki penduduk sekira 275.027 jiwa, dengan jumlah usia sekolah sebanyak 104.932 jiwa atau 38 persen, masih terdapat 36.860 jiwa atau 35 persen dari usia sekolah yang tak bersekolah. Jika dipilah penduduk usia sekolah sebanyak 104.932 jiwa, terdiri dari (usia 4-6 tahun) 22.353 jiwa, (7-12) 47.054 jiwa, (13-15) 20.042 jiwa, (16-18) 15.483 jiwa, sementara jika dibandingkan dengan penduduk usia sekolah yang duduk dibangku sekolah sebanyak 68.072 jiwa, terdiri dari PAUD dan TK/RA 4.940 jiwa, SD/MI 43.560 jiwa dan SMP/MTs 12.672 jiwa serta SMA/SMK/MA 6.900 jiwa, sehingga terdapat selisih 36.860 jiwa yang tidak bersekolah termasuk putus sekolah. Anak yang usia sekolah tapi tidak bersekolah terbanyak pada usia 4-6 tahun atau PAUD dan TK/RA 17.413 jiwa (47 persen), disusul usia SMP/MTs (13-15) 8.583 jiwa (23), lalu usia SMA/SMK/MA (15-18) 7.370 jiwa (21) dan usia SD/MI (7-12) 3.494 jiwa (9).
Gambaran keadaan pendidikan yang bersumber dari data Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Donggala mengenai kebijakan perencanaan pembangunan dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar di Kabupaten Donggala 2012 ini, juga memperlihatkan kondisi guru sebagai tenaga pengajar yang belum bersertifikasi sebanyak 2.131 orang dari total guru 3.125 orang yang terdiri dari PAUD dan TK/RA 259 orang, SD/MI 1.918 orang, SMP/MTs 598 orang, SMA/SMK/MA 350 orang. Sementara guru yang bersertifikasi baru berjumlah 1.041 orang yang terdiri dari PAUD dan TK/RA 49 orang, SD/MI 435 orang, SMP/MTs 355 orang dan SMA/SMK/MA 155 orang, ditambah pengawas 47 orang.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Donggala, Taufik Yotolembah menjelaskan untuk pembangunan fisik pendidikan terutama bangunan yang membutuhkan rehab berat, sudah diprogramkan untuk diperbaiki. Bahkan ia telah melihat langsung dan mendokumentasikan kondisi setiap sekolah yang rusak dan mengirimnya hingga ke Kementerian Pendidikan. Hanya persoalan ketersediaan anggaran yang terbatas saja, mengharuskan pihaknya memilih dan memilah berdasarkan skala prioritas, sekolah mana yang harus lebih dulu diperbaiki. Demikian halnya persoalan guru yang masih terjadi kekurangan, juga menjadi perhatian serius pemerintah Kabupaten Donggala. Bahkan ia telah melontarkan ide, perlunya menjaring “relawan pendidikan” untuk menutupi kekurangan guru yang dibiayai oleh dana BOS.
Terkait dengan banyaknya anak usia sekolah tapi tidak bersekolah, menurut Taufik, didominasi usia 4-6 tahun atau PAUD dan TK/RA. Hal ini disebabkan fokus pembangunan fisik bangunan terutama dari Dana Alokasi Khusus (DAK) lebih banyak tertuju pada jenjang usia SD/MI, sehingga banyak anak yang tidak tertampung. *** Oleh: Wahid Agus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar